Selasa, 16 Oktober 2007

Wajibnya Berbakti Kepada Kedua Orang Tua (Birrul Walidin)

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan hal yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala dan merupakan permasalahan yang paling penting setelah permasalahan tauhid. Ayat - ayat Al Qur'an yang memerintahkan berbakti atau berbuat baik kepada kedua orang tua biasanya selalu disandingkan dengan perintah untuk tidak menyekutukan Allah Ta'ala. Hal ini menunjukkan bahwa masalah berbakti kepada orang tua menempati posisi yang begitu tinggi dalam diinul Islam. Allah Ta'ala berfirman, "Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik - baiknya. Dan jika salah satu dari keduannya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya.

Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabbku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil'" (QS. Al Israa' 23 - 24)

"Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ..." (QS. An Nisa' 36)

"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kalian kembali. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali pada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS. Luqman 14 - 15)

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kedua ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula..." (QS Al hqaaf :15)

"Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya ..." (QS Al Ankabuut 8)

Demikian pula teladan kita yang mulia, Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua terutama berbakti kepada ibu.

Dari Abdullah bin Mas'ud ra., ia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Nabi, 'Amalan apa yang paling dicintai Allah ?', Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Shalat tepat pada waktunya', saya bertanya lagi, 'Kemudian apa ?', beliau menjawab, 'Berbuat baik kepada kedua orang tua', saya bertanya lagi, 'Kemudian apa ?', beliau menjawab, 'Berjihad di jalan Allah'" (HARI. al Bukhari X/400 dan Muslim no. 85)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, "Suatu ketika ada seseorang datang kepada Rasulullah ShallallaHu 'alaihi wa sallam, lalu bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dari saya ?', beliau menjawab, 'Ibumu'. Orang itu bertanya lagi, Kemudian siapa ?', beliau menjawab, 'Ibumu'. Orang itu bertanya lagi, 'Kemudian siapa ?', beliau menjawab, 'Ibumu'. Orang itu bertanya lagi, 'Kemudian Siapa ?', beliau menjawab, 'Ayahmu'" (HARI. al Bukhari X/104 dan Muslim no. 2548)

Dari Abdullah bin Amru bin 'Ash ra., ia berkata, "Pernah seseorang datang kepada Rasulullah Saw untuk minta izin ikut berjihad. Nabi bertanya kepada orang itu, 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?, orang itu menjawab, 'Masih', Beliau berkata, 'Silahkan kamu berjihad dengan berbuat baik kepada kedua orang tuamu saja'" HARI. al Bukhari X/403 dan Muslim no. 2549)

Dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan sifat yang menonjol dari pada anbiyaa' wa mursaliin. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Berkata Isa, 'Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al Kitab dan Dia menjadikan aku seorang Nabi dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka" (QS. Maryam 30 - 32)

Allah Ta'ala berfirman tentang doa Nabi Nuh 'alaiHis salam, "Wahai Rabb-ku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki -laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang -orang zalim itu selain kebinasaan" (QS. Nuh 28)

Demikian pula dengan Nabi Yahya 'alaihis salam, Allah Ta'ala berfirman tentangnya, "Dan banyak berbakti kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka" (QS. Maryam 14-15)

Begitu pula dengan Nabi - nabi yang lain seperti Sulaiman 'alaiHissalam, Ibrahim 'alaiHis salam serta para utusan Allah Ta'ala lainnya sebagaimana yang diterangkan oleh-Nya di dalam Al-Qur'an. Hal ini menunjukkan bahwa para Nabi memiliki sifat yang sama yaitu berbakti kepada orang tua mereka dan berbakti kepada kedua orang tua adalah syariat yang umum disamping bertauhid kepada Allah Ta'ala.

Adapun ganjaran seseorang yang berbakti kepada orang tuanya adalah keridhaan dari Allah Ta'ala sebagaimana Rasulullah ShallallaHu 'alaiHi wa sallam bersabda,"Ridha Allah tergantung keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HARI. al Bukhari no. 2 dalam Adabul Mufrad, at Tirmidzi no. 1900 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahiih Adabul Mufrad)

Juga amal shalih berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadi tawasul (perantara) doa kepada Allah Ta'ala sebagaimana kisah 3 orang yang terjebak dalam gua. Matan hadits kisah tersebut dapat dilihat pada Kitab Shahih Bukhari no. 2272 dan Shahih Muslim no. 2473 Bab Qishah ash shabil Ghaar ats Tsalatsah wat Tawassul bishalihil a'mal. Artinya dengan berbakti kepada kedua orang tua maka kesulitan-kesulitan hidup yang sedang dialami dapat diatasi dan dicarikan jalan keluarnya.

Selaras dengan kisah di atas Rasulullah ShallallaHu'alaiHi wa sallam pernah bersabda, "Sungguh, kelak ada orang yang termasuk tabi'in terbaik yang bernama Uwais (al Qarni). Dia mempunyai seorang ibu dan dia sangat berbakti kepadanya. Sehingga, kalau dia mau berdoa kepada Allah pasti Allah akan mengabulkan doanya" HARI. Muslim)

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallaHu 'anHu pernah ditanya bagaimana bentuk taubat seseorang yang telah membunuh istrinya, dia menjawab, "Bila ia mempunyai orang tua, berbuat baiklah kepada keduanya selama mereka masih hidup. Mudah - mudahan dengan cara seperti itu Allah akan mengampuni dosanya" (Kitab Bahjah al Majalis hal. 785 oleh Imam Ibnu Abdil Barr). Dari perkataan sahabat Nabi tersebut dapat dijelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghapuskan dosa-dosa besar. WallaHu a'lam.

Bentuk - bentuk berbakti kepada orang tua antara lain :
  1. Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik.
  2. Mematuhi perintah kedua orang tua selama tidak diperintahkan bermaksiat kepada Allah Ta'ala.
  3. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut.
  4. Tawadhu' dan tidak boleh sombong kepada keduanya apabila telah meraih kesuksesan di dunia.
  5. Memberikan shadaqah kepada kedua orang tua। Allah Ta'ala berfirman, "Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, 'Harta yang kamu nafkahkan hendaklah kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang–orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan ..." (QS. Al Baqarah 215)
  6. Mendoakan kedua orang tua। Sebagaimana dalam ayat, " ... Rabbirham Huma kamaa rabbayaanii shaghiira" (QS। Al Israa' 24)

Kisah Bakti Salafush Shalih kepada Kedua Orang Tua mereka

  1. Dari Dawud bin Qais, dia berkata, "Abu Murrah pernah mengabarkan kepadaku bahwa bila Abu Hurairah radhiyallaHu 'anHu hendak pergi, setelah mengenakan pakaian dia datang kepada ibunya lalu berkata, 'Semoga keselamatan dan keberkahan terlimpah kepadamu wahai ibu। Semoga engkau mendapatkan balasan kebaikkan dari Allah karena engkau telah memeliharaku', kemudian bila pulang dia pun mengatakan seperti itu" (HARI. al Bukhari dalam Adabul Mufrad)
  2. Dari Mundzir ats Tsauri, dia berkata, "Muhammad bin al Hanafiyah biasa menyisir rambut ibunya" (Kitab Al Birr wa Shilah .34)
  3. Abdullah bin Ja'far al Maruzi berkata, "Muhammad bin Basyir pernah berkata, 'Pernah saya bermaksud untuk keluar (dari Bashariah), namun ibu saya melarang। Saya pun menaati larangan ibuku. Karena ketaatanku itu saya mendapatkan berkah'" (Kitab Siyar A'lam an Nubala XII/145)
  4. Muhammad bin Munkadir berkata, "Pernah semalaman saya memijat kaki ibuku, sementara saudaraku, Umar, waktu itu semalaman juga melakukan shalat। Saya tidak menganggap amalan malam Umar lebih baik dari amalan malamku" (Kitab Siyar A'lam an Nubala V/405)
  5. Abu Ishaq ar Riqqi al Hambali, ketika menyebuntukan biografi Abdullah bin Aun berkata, "Pernah suatu ketika dia dipanggil oleh ibunya। Tanpa disadari dia mengeraskan suara melebihi suara ibunya.Karena hal tersebut dia membebaskan 2 orang budak" (Kitab Ahsan al Mahasin hal. 348)
  6. Ibnu Abbas radhiyallaHu 'anHu pernah berkata,"Sesungguhnya Allah menghapus hukuman terhadap Sulaiman bin Dawud 'alaiHis salam berkenaan dengan kasus burung hud - hud disebabkan dia berbuat baik kepada ibunya" (Kitab Bahjah al Majalis hal। 759)
  7. Berkata Anas bin an Nadhar al Asyja'i, "Suatu malam ibu Ibnu Mas'ud radhiyallaHu 'anHu meminta air। Ibnu Mas'ud pun mengambil air, lalu dibawa kepada ibunya. Ternyata ibunya telah tertidur, maka dia pun berdiri menunggui ibunya hingga pagi" (Kitab Birrul Walidain hal. 550)
  8. Muhammad bin al Munkadir pernah meletakkan pipinya ke tanah, lalu berkata kepada ibunya, "Bangkit dan letakkanlah kakimu di atas pipiku" (Kitab Siyar A'lam an Nubala /356)
  9. Suatu saat ketika Manshur bin al Mu'tamir duduk-duduk di rumahnya, tiba - tiba ibunya memanggil dengan nada yang agak kasar, "Wahai Manshur, anak laki - laki Hubairah, aku membutuhkan kamu untuk suatu urusan, apakah kamu enggan !?"। Manshur menempelkan jenggot pada dadanya, sedikit pun dia tidak berani mengangkat kepalanya dan menghadapkan wajah kepada ibunya. (Kitab Siyar A'lam an Nubala V/359)
  10. Suatu ketika Ibnul Hasan at Tamimi hendak membunuh kalajengking, tetapi kalajengking itu masuk ke lubang। Dia memberanikan diri memasukkan jari - jarinya ke dalam lubang tersebut meskipun harus rela disengat. Orang - orang berkata kepadanya, "Kamu ini bagaimana !?". Dia menjawab, "Saya khawatir kalajengking tadi keluar, lalu merayap ke tempat ibuku dan menyengatnya" (Kitab Tahdzib Siyar A'lam an Nubala hal. 541)
  11. Suatu ketika Umar ditanya, "Bagaimana bentuk bakti anakmu kepadamu ?", Umar menjawab, "Setiap kali berjalan di siang hari bersamaku, dia selalu berjalan di belakangku dan setiap kali berjalan di malam hari dia bersamaku, dia selalu berjalan di depanku। Begitu pula ketika tidur, dia tidak pernah tidur di atas bila saya berada di bawah" (Kitab 'Uyun al Akhbar III/97)
  12. Usamah radhiyallaHu 'anhu pernah membeli kurma untuk ibunya walaupun ketika itu harga kurma sangat mahal। Orang – orang berkata kepadanya, "Apa yang membuatmu berani membeli kurma dengan harga 1000 dirham ?", lalu dia menjawab, "Saya punya prinsip, bila ibu saya meminta sesuatu yang saya mampu memenuhinya pasti akan saya penuhi" (Kitab ath Thabaqat II/527)
  13. Orang-orang bertanya kepada Zainal Abidin, "Sungguh kamu adalah orang yang sangat berbakti kepada ibumu। Tetapi kami tidak pernah melihat kamu makan bersama ibumu dalam satu piring?", dia menjawab, "Saya khawatir mendahului makan makanan yang hendak dimakan ibu saya, karena menurut saya itu termasuk tindakkan durhaka kepadanya" (Kitab Wafayat al A'yan III/268)

Referensi :

  1. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Darul Qalam, Jakarta, Cetakan Ketiga, 1426 H/2005 M।
  2. Kisah - kisah Teladan Bakti Anak kepada Ibu Bapak, Syaikh Ibrahim al Hazimi, Media Hidayah, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah1425 H/Maret 2004 M.


Kembali ke awal ..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar