Senin, 06 Oktober 2008

Hikayah Nabi Musa

Nabi Musa as ingn mengetahui siapa kawannya di syurga, katanya, “Ya Robbi, tunjukkanlah kepadaku siapa kawanku di syurga?” Jawabnya, “Pergilah kamu ke kota anu dan menujulah ke pasar anu, maka kamu bakal bertemu dengan seorang pria bakul daging, parasnya demikian dan dialah orangnya yang menjadi kawanmu di syurga.”

Alkisah setelah mendapat petunjuk wahyu tersebut, Nabi Musa as segera berangkat mencarinya, hingga sampai ke tempat tujuan. Ia tegak di sana sampai matahari terbenam.

Orang itu mengambil sekerat daging dan di masukkan ke dalam keranjang. Maka sewaktu hendak kembali, bertanyalah Nabi Musa as, “Apakah Anda punya tamu?” Jawabnya,”Betul Aku punya tamu.” Maka diajaknya Nabi Musa as masuk ke rumahnya, dan ia segera tegak / sibuk memasak keratan daging yang di masukkan ke dalam keranjang tadi, dan sewaktu ia mengeluarkan isi keranjang, terlihatlah seorang nenek lemah bagai anak merpati.

Pria itu mengangkatnya, dan menyuapinya hingga nenek lemah itu terasa kenyang.

Tentang pakaian, pria itulah yang mencuci dan menjemurkannya, nanti sesudah kering ia pakaikan pada nenek tersebut, kemudian di masukkan lagi ke keranjang semula.

Nenek itu menggerak-gerakkan bibirnya, entah apa yang diucapkannya. Namun sebagai seorang Nabi, Musa as tahu pasti isi ucapan nenek itu, yakni do’a yang di tujukan kepada anaknya. Berikut do’anya :


ﺔﻧﺠﻠﺍﻰﻔﻰﺴﻮﻣﺱﻴﻟﺠﻰﻧﺑﺍﻞﻌﺟﺍﻡﻬﻟﻟﺍ

ALLAHUMMAJ ‘AL IBNI JALIISA MUUSA FIL JANNAH
“Ya Allah, tempatkanlah anakku bersama Nabi Musa as di syurga.”

Kemudian pria itu mengangkat nenek tersebut, menanggalkannya pada sebatang kayu.
Ketika ditanya oleh Nabi Musa as, “Kenapa engkau perlakukan seperti itu?” Jawabnya, “Nenek itu adalah ibu kandungku, ia telah lemah tiada berdaya untuk duduk sendiri.”

Akhirnya Nabi Musa as pun berkata, “Terimalah kabar gembira bagi Anda, dan kenalkan aku adalah Nabi Musa, engkaulah kawanku kelak di syurga. Mudah-mudahan perjumpaan kita nanti di syurga dimudahkan oleh Allah swt berkat keagungan asmaNya yang bagus, dan berkat kemulyaan Nabi Muhammad makhluk yang paling utama.”


Duratun Nashihin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar